Fetra Nurhikmah (batik kuning) dari PP Al-Fithroh Wahid Hasyim Yogyakarta saat mengikuti program penerima beasiswa non-degree di Amerika Serikat.  

Santri PP Al-Fithroh Wahid Hasyim Yogyakarta Belajar Madrasa Discourse di Chicago Amerika Serikat

Advertisements

YOGYAKARTA – Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) bersama Lembaga Pengelola Dana Abadi Pesantren (LPDP) Kementerian Keuangan RI, memberangkatkan delegasi santri Indonesia untuk mengikuti program Micro Credential di Amerika Serikat. Program beasiswa non-degree ini bertujuan meningkatkan kemampuan santri dalam memahami kaitan agama, sains, dan dinamika sosial.

Dalam program tersebut, santri PP Al-Fithroh Wahid Hasyim Yogyakarta, yaitu Fetra Nurhikmah menjadi salah satu peserta penerima beasiswa tersebut. Program ini berlangsung selama dua bulan, mulai November hingga Desember 2024.

Menurut Fetra, program ini memberikan banyak manfaat, terutama dalam memahami pentingnya dialog interfaith, peace building, dan madrasa discourse.

“Program ini membantu kami memahami bagaimana Islam bisa berkontribusi dalam membangun peradaban dunia dan menjaga perdamaian,” kata Fetra, beberapa waktu lalu (22/12/2024).

Perempuan merupakan Ketua Umum Nawaning JPPPM Nusantara (Jamiyyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Mubalighoh) ini mengaku, selama mengikuti serangkaian kegiatan ini, dirinya mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan. Selama di Amerika Serikat, dia diajak mengunjungi dan berdiskusi dengan berbagai hal. Seperti berkunjung ke universitas islam di Amerika Serikat, restoran halal, belajar budaya, masjid, dan berdiskusi dengan berbagai tokoh dari berbagai kelompok lintas agama.

Baginya, kegiatan tersebut membuat dirinya semakin terbuka memaknai pembaharuan pemikiran Islam. Madrasa Discourse merupakan pembaruan pemikiran Islam tradisional dengan pandangan dunia ilmiah dan filosofis kontemporer yang mendudukan kemanusiaan yang penting untuk hidup bersama dan damai dalam dunia yang pluralistik.

Menurut Fetra, madrasa discourse menjadi kunci yang membantu para pimpinan Agama Islam seperti kiai, bu nyai, ustadz, ustadzah, kepala sekolah, agar bisa beradaptasi dengan globalisasi. Sebab, sience semakin dekat dengan dalil-dalil agama, meningkatkan kesadaran pentingnya manusia tumbuh dengan ilmu pengetahuan, iman dan takwa.

“Jadi, program ini memberikan peluang kepada para santri, khususnya santri yang mengkaji kitab kuning untuk mendapat perspektif barat. Tentang bagaimana santri turut membangun peradaban dunia dan menjaga perdamaian dengan isu keberagaman dan isu lingkungan atau climate change,” tandas kordinator Bidang Ekonomi PW Fatayat NU DIY ini.

Ditambahkan Fetra, program ini berlangsung selama dua bulan di Chicago dan diikuti santri dari berbagai pondok pesantren di Indonesia. Peserta mendapatkan perkuliahan tentang pentingnya dialog interfaith, peace building, dan madrasa discourse.

Pada akhir program, rombongan peserta diterima perwakilan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat di Kantor KBRI Washington.

Wakil Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Ida Bagus Made Bimantara berharap, program tersebut bisa berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi pemuka agama di Amerika. “Program ini juga memberi peluang kepada peserta, khususnya kalangan santri untuk bisa meneruskan pendidikan degree di beberapa universitas di Amerika yang membuka kerja sama selama program berlangsung,” papara Ida Bagus Made.

Selain Fetra Nurhikmah dari PP Al-Fithroh Wahid Hasyim Yogyakarta, ada puluhan santri yang mengikuti program Madrasa Discourse di Chicago Amerika Serikat ini. (Arumi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *