Beberapa ekor kambing dari 31 ekor kambing yang mengikuti pawai Pawai Rajakaya diarak memasuki Venue Utama, saat pembukaan FKY 2025, di lapangan Logandeng, Playen, Gunngkidul, Yogyakarta, Sabtu (11/10/2025). FKY tahun ini, mengambil tema Adat Istiadat, berlangsung 11 hingga 18 Oktober 2025. (Foto: Norwien).

FKY 2025 Tampilkan Kearifan Lokal Masyarakat Gunungkidul

Advertisements

YOGYAKARTA – Tema FKY (Festival Kebudayaan Yogyakarta) tahun ini (2025) mencerminkan karakter masyarakat Gunungkidul yang tangguh dan mandiri di tengah (masalah) jarak geografis dari pusat pemerintahan. ‘Adoh Ratu, Cedhak Watu’, bukan sekadar permainan kata, melainkan cermin realitas bahwa masyarakat Gunungkidul mampu menumbuhkan keseimbangan antara hormat dan mandiri, antara patuh dan berdaya.sehingga jarak bukan pemisah, melainkan ruang untuk tumbuh.

Demikian disampaikan Gubernur DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) dalam sambutan tertulisnya, yang dibacakan Sekretaris DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti, ketika membuka FKY 2025, di Lapangan Logandeng, Playen, Gunungkidul, DIY, Sabtu (11/10/2025).

“FKY harus menjadi ruang pertemuan antara tradisi dan modernitas, antara rakyat dan kekuasaan, serta antara pusat dan pinggiran. Dari Gunungkidul kita belajar bahwa kemajuan tidak harus menjauh dari akar. Modernitas tidak perlu memutus tradisi, dan kreativitas justru tumbuh dari kedekatan dengan kehidupan nyata,” lanjutnya.

Ni Made berharap FKY menjadi ruang yang mempertemukan kembali berbagai gagasan budaya dan menghidupkan nilai-nilai kebersamaan. Semoga FKY 2025 menjadi ruang yang hangat, jujur, dan reflektif; ruang untuk merayakan kedekatan di tengah jarak, serta menemukan kembali nilai-nilai yang membuat Yogyakarta selalu istimewa. Bukan karena predikatnya, tetapi karena sikap dan kesadaran akan akar dan arah.

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menjelaskan tema Adoh Ratu, Cedhak Watu mengandung pesan mendalam tentang hubungan manusia dengan alam dan akar sejarahnya. FKY 2025 bukan sekadar festival, melainkan ruang pertemuan pengetahuan dan inovasi budaya. Melalui program seperti Pawai Rajakaya, Pasaraya Adat, Pawon Hajat, Rembug FKY, dan Jelajah Budaya, dimana masyarakat diajak melihat bahwa adat dan tradisi tidak berhenti pada ritual, tetapi menjadi sumber inspirasi dan pembelajaran lintas generasi.

Pada kesempatan yang sama, Sekda (Sekretaris Daerah) Kabupaten Gunungkidul, Sri Suhartanta, mengungkapkan melalui FKY masyarakat diingatkan kembali akan pentingnya menjaga nilai-nilai luhur budaya agar tetap hidup dan bermanfaat. FKY bukan hanya tentang pertunjukan seni, tetapi tentang menghidupkan kembali kearifan lokal yang menjadi sumber inspirasi dan ketahanan bangsa.

“Kami mengajak masyarakat Gunungkidul menjadikan semangat ‘Adoh Ratu, Cedhak Watu’ sebagai pedoman dalam membangun daerah yang adil, makmur, lestari, dan berkeadaban,” papar Suhartanta.

Pembukaan FKY 2025, di meriahkan Pawai Rajakaya yang diikuti sekitar 800 orang peserta dari lima kabupaten/kota di DIY sebagai penanda dimulainya Festival ini. Arak-arakan hewan ternak, 5 ekor sapi dan 31 ekor ternak, berhias indah diiringi musik tradisional, turut memeriahkan pawai, yang menggambarkan rasa syukur, semangat gotong royong dan harmoni (antara manusia, alam, dan budaya). Pawai berakar pada upacara adat Gumbregan di Gunungkidul, sebuah ritual yang merepresentasikan ungkapan syukur dan doa masyarakat agraris.

FKY 2025 akan menampilkan berbagai kegiatan, mulai dari pameran seni, pertunjukan musik, pemutaran film, lokakarya, hingga forum diskusi kebudayaan. Melibatkan ratusan seniman, komunitas, dan masyarakat lokal, FKY menjadi wadah dialog budaya antarwilayah dan antar generasi yang memperkuat semangat kerukunan dan persatuan.

Pembukaan FKY dihadiri unsur Forkopimda DIY dan Gunungkidul, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Sekda Kabupaten Gunungkidul, Tim Pengarah, dan Tim Kerja FKY, seniman, tokoh adat dan masyarakat. (Norsita)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *