Sastra Kampung, Menghidupkan Kembali Tradisi Sastra dari Akar Kotagede
YOGYAKARTA – Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta kembali menyelenggarakan salah satu agenda unggulannya, Sastra Kampung. Ini merupakan bagian dari rangkaian pra Festival Sastra Yogyakarta 2024. Acara tersebut menghadirkan penampilan dari Komunitas Sastro Mbeling, yang terkenal dengan karya-karya satir, jenaka, dan membangkitkan refleksi sosial melalui sastra.
Sastra Kampung diadakan di Kampung Dolahan Kotagede, Selasa malam (24/9/2024). Ini merupakan kawasan yang memiliki sejarah panjang sebagai pusat tumbuhnya seni dan budaya sastra di Yogyakarta. Festival Sastra Yogyakarta 2024 mengusung tema Siyaga, yakni mengajak masyarakat untuk siap menghadapi berbagai tantangan kehidupan melalui kekuatan seni, budaya, dan sastra.
Kepala Bidang Sejarah Permuseuman Bahasa dan Sastra Andrini Wiramawati menegaskan, tema Siyaga sangat relevan dengan kondisi masyarakat saat ini, di mana keberanian dan ketangguhan menghadapi perubahan perlu disertai kesadaran akan nilai-nilai budaya lokal.
“Kotagede telah lama menjadi akar kuat budaya bersastra. Dari sinilah, tradisi bertutur dan berekspresi melalui karya sastra tumbuh dan berkembang, mencerminkan kearifan lokal yang hidup di tengah masyarakat. Sastra Kampung ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi seni, tetapi juga ruang refleksi atas kontribusi budaya Kotagede sebagai pusat sastra yang penuh nilai sejarah,” ujarnya.
Komunitas Sastro Mbeling menjadi bintang utama dalam acara ini, menyuguhkan karya-karya sastra yang unik dan berani, dengan gaya yang khas. Melalui pendekatan satir dan jenaka, Sastro Mbeling menghadirkan perspektif baru yang mengajak masyarakat untuk lebih jeli dalam melihat berbagai fenomena sosial di sekitar mereka.
Acara Sastra Kampung ini diharapkan bisa membangkitkan kembali kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga akar budaya, khususnya sastra, yang tumbuh dari kampung-kampung dan komunitas lokal. Lebih dari sekadar hiburan, Sastra Kampung menjadi medium untuk memperkuat ikatan kita dengan warisan budaya yang berharga, sekaligus menginspirasi lahirnya karya-karya baru yang relevan dengan perkembangan zaman.
Adapun tokoh-tokoh sastrawan Kampung Kotagede yang tampil, di antaranya pembacaan puisi oleh Nono Diono Wahyudi, monolog oleh Puji Widodo, dramatik reading judul ” Rewangan ” Naskah Erwito Wibowo oleh Dian, Asep, Agung, Arief, dan Vina, pembacaan cerpen berjudul ‘Mukena’ karya Mustofa W Hasyim oleh Muh. Tri Wahyuno dan ditutup dengan pengadilan sastra naskah Cerpen Mukena karya Mustofa W Hasyim. Bertindak sebagai hakim Erwito Wibowo, jaksa penuntut umum Hendi Yulianto, panitera Dinar, pembela/kuasa hukum Heniy Astianto, dan terdakwa Mustofa W. Hasyim. (Arumi)