Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta Prof Dr Edy Suandi Hamid MEc (kanan) usao Orasi budaya pada .Dies Natalis ke-41 UWM Yogyakarta.

UWM Yogyakarta Rayakan Dies Natalis, PTS Bisa Maju dengan Harmoni dan Adaptasi Teknologi

Advertisements

YOGYAKARTA – Perguruan Tinggi Swasta (PTS) bisa bertahan melayani pendidikan dan mencapai pendidikan unggul dengan modal sosial internal dalam bentuk harmoni antarelemen di kampus. Selain itu, juga perlu beradaptasi secara berkelanjutan terhadap dinamika teknologi.

“Universitas Widya Mataram bisa terus maju dengan manajemen pengelolan kampus yang berkelanjutan. Antarelemen di kampus ada dialog, sinergi, kolaborasi, tidak saling mencaci, membenci, mencari kesalahan, dan menyalahkan, Kemudian kampus harus menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari analog menuju digital,” kata Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta Prof Dr Edy Suandi Hamid MEc saat Orasi budaya pada syukuran menyambut Dies Natalis ke-41 UWM Yogyakarta di Pendopo Agung Kampus Terpadu Jalan Tata Bumi Selatan, Banyuraden, Kapanewon Gamping, Sleman, Rabu malam (27/9/2023). Orasi Budaya  yang disampaikan mengambil tema “Refleksi dan Introspeksi 41 Tahun UWM, Memandang Widya Mataram Ke Depan.”

Ditambahkan Prof Edy Suandi, harmoni antarsivitas kampus dan adaptasi teknologi menjadi kunci untuk maju. “Kita perlu adaptasi dan inovasi sepanjang waktu. Perubahan adalah keniscayaan,” imbuhnya.

Menurutnya, memajukan PTS tidak cukup dengan kritik. Namun perlu dibarengi dengan aksi-aksi strategis yang berorientasi pada inovasi dan adaptasi perubahan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi digital yang menjadi basis infrastruktur pelaksanaan pendidikan dan pelayanan administrasi. “Jadikan kampus ini sebagai rumah kita bersama. Kita menjadi hebat bersama-sama,” tegasnya.

Rektor UWM Yogyakarta ini berpendapat, para penyelenggara PTS perlu instrospeksi dalam menghadapi persaingan antarperguruan tinggi yang makin dinamis. Sudah banyak contohnya, sebagian PTS di Yogyakarta yang tidak merespons situasi tersebut, terpaksa tutup atau merger. Padahal kalau merger, ungkap Prof Edy Suandi, bila diibaratkan orang dikawin paksa, situasinya tidak nyaman.

“Kita harus semangat, terus bangkit, bergeraklah bersama untuk mewujudkan masa depan kampus yang gemilang,” ajanya.

Dalam proses terus maju, kampus perlu membuka diri terhadap perubahan yang lebih baik, lebih bermartabat, dan lebih berdaya guna bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

“Menutup diri hanya akan membuat kita semakin terpuruk, mengecilkan kita dalam dunia yang semakin global. Sebaliknya, membuka diri akan menemukan banyak jalan dan kesempatan bagi UWM Yogyakarta untuk menjadi lebih baik,” lanjutnya.

Sementara itu, Sekretaris Umum Yayasan Mataram Dr H. Achiel Suyanto S. SH MH MBA mengatakan, UWM Yogyakarta bisa terus maju dan bertahan dengan menghadirkan karakter pendidikan khas berbasis pada kebudayaan Mataram.

Menurut Achiel, para pendiri UWM Yogyakarta, yakni Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX dan Sri Sultan HB X menggagas universitas ini agar memiliki kelebihan dari segi basis kebudayaan.

“Kita bisa menghadirkan mata kuliah unggulan seperti kewidyamataraman, budaya hukum, dan sistem politik yang didasari budaya lokal. Dalam standar internasional, usia 41 tahun relatif muda. Energi untuk maju masih terbentang luas dengan melangkah secara bertahap,” tegas Achiel.

Sedangkan Lurah Banyuraden Sudarisman SP merespons positif kehadiran UWM Yogyakarta di tengah desanya. Dari sisi ekonomi, warga mendapat dampak positif dengan hadirnya para mahasiswa yang tinggal di sekitar kampus dan usaha sektor pangan warga menggeliat.

“Kami berharap juga, kampus ini mendorong semangat warga untuk mengirim anak-anak mereka kuliah di kampus UWM Yogyakarta dan kampus-kampus lainnya,” kata Sudarisman berharap.

Kolosal Kegiatan UWM Yogyakarta

Ketua Panitia Dies Natalis ke-41 UWM Yogyakarta Dr As Martadani Noor MA menjelaskan, serangkaian kegiatan ilmiah, lomba cipta karya teknologi, dan ketrampilan memasak dan membuat tumpeng, pertandingan olahraga karyawan dan dosen, serta kegiatan spiritual (ziarah makam pendiri UWM Yogyakarta yakni Sri Sultan HB IX) menjadikan dies universitas ini sangat marak.

Ada 36 rangkaian kegiatan yang berlangsung sejak Agustus sampai Oktober 2023. Penyelenggaranya panitia, universitas, dan fakultas.

“Kegiatan dies yang beragam dan semarak memberi kesan, universitas ini siap menghadapi dinamika kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta persaingan,” ujar Dr As Martadani.(Arumi/ Tim Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *